Saturday, 24 May 2014

Senja yang Merona

“Ya?” sahut Ziara.
“Aku harus pergi,” ujar Karel.
“Ke mana? Terus pekerjaan kamu gimana? Kita gimana?” tanya Ziara menahan air matanya.
            “Kamu nggak perlu tahu, Zi.  Aku udah ambil cuti dan kita tetaplah kita,” jelas Karel.
            “Kapan kamu berangkat?” Ziara menundukkan kepalanya.
            “Sekarang,” jawab Karel.
            Ziara tak menjawab, kepergian Karel begitu tiba-tiba.
            “Zi, lihat aku,” ucap Karel menggenggam tangan Ziara.
            “Ziara, maaf aku harus pergi, tapi aku tak pernah meninggalkanmu.  Jaga diri baik-baik, tetaplah ceria, aku pasti kembali,” tutur Karel seraya menghapus air mata di pipi Ziara.
            “Ya, jaga diri baik-baik juga di mana pun kamu berada, Karel.  Aku percaya kamu,” jawab Ziara menyunggingkan senyum manisnya.
            Karel menatap lama Ziara, tanpa berkata.
            “Aku juga selalu sayang kamu, Rel,” kata Ziara.
            Karel pun tersenyum dan beranjak dari bangku taman, membiarkan Ziara ditemani senja, senja yang tertutupi awan hitam, seperti hati Ziara.  Hujan mulai turun, menetes lembut di pipi Ziara, membuat taman menjadi sepi dan mengantar Ziara pulang.
            Ziara selalu duduk di bangku taman yang sama, di waktu yang sama.  Dia tersenyum melihat senja, merasakan angin berembus merdu.  Ziara tetap tersenyum meski senja tak selalu sama dan bangku itu hanya diduduki olehnya saja sejak Karel pergi.
         

Baca selengkapnya di buku Rintik Pertama
Pemesanan hubungi line: @ecn9022n
atau kirim pesan melalui Instagram: KoniginDerRosen

No comments:

Post a Comment

THEME BY RUMAH ES