Aku mencintaimu, selalu mencintaimu. Orang bilang cinta itu buta, ya,
mungkin benar. Aku tetap mencintaimu meski kau tak mencintaiku, mungkin karena
aku tak bisa melihat kenyataan itu. Ada yang bilang cinta juga tuli, ya, mereka
tak salah. Aku tetap di sini meski kau telah memintaku untuk tak lagi di sini,
mungkin karena aku tak bisa mendengarkan perintahmu.
Saturday, 5 December 2015
Sunday, 18 October 2015
Hujan dan Mentari
Langkah ini masih memaku diriku
Tak membiarkan untuk maju
Berdiri menata hati
Mencari arti perasaan ini
Kau di sana
Menungguku untuk berjalan
Menatapku penuh harapan
Membiarkanku berjalan sendirian
Dia di sana
Pada jalan yang berbeda
Menantiku untuk pulang
Setelah lama menghilang
Kau datang di saat tidak tepat
Kau seperti mentari yang membuatku hangat
Namun aku sudah terlalu nyaman dengan hujan
Bagaimana aku berpindah haluan?
Kuakui, kau telah memiliki ruang di hatiku
Meski di ruang hati yang lain, ada dia selalu
Bagaimana caranya aku memilih?
Sedang kalian membentuk pelangi
Saturday, 17 October 2015
Semanis Sabit
Aku mulai lelah berlari
terbirit-birit
Mengejarmu di jalan yang sempit
Bolehkah aku beristirahat sedikit?
Sakit
Hati ini terjepit
Luka itu mengimpit
Namun aku tak bisa menjerit
Mempertahankanmu, rasanya begitu
rumit
Melepaskanmu pun 'kan terasa pahit
Melupakanmu, tentu teramat sulit
Maka, kubiarkan saja kaupergi jauh
menuju langit
Tak usah pedulikan aku jika
semuanya membuatku sakit
Karena
aku akan selalu mengenang senyummu yang semanis sabit
Sunday, 6 September 2015
Lelaki Terakhir
Din! Din! Suara klakson mobil Josen
terdengar saat Azura menyisir rambutnya. Ia langsung berjalan menuju balkon.
“Sebentar,” teriaknya saat melihat Josen tengah bersandar di samping mobil
seraya menatap Azura yang berdiri di balkon kamarnya.
“Kamu udah cantik, kok, nggak perlu
dandan,” timpal Josen dengan santainya.
Azura menatap Josen heran, “Kamu
ngapain berdiri di situ? Tunggu aja di mobil biar nggak kehujanan.”
Belum sempat Josen menjawab, Azura
telah melesat masuk ke kamar dan beberapa saat kemudian ia sudah berdiri di
depan pintu rumahnya. Azura menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan
Josen. “Kenapa kamu masih di situ?”
Josen langsung terkekeh melihat
ekspresi Azura seperti itu. Josen kemudian berjalan mendekati Azura lalu
mengacak-acak rambutnya. “Perhatian banget, deh, sampai ngelarang aku berdiri
di bawah hujan,” goda Josen seraya tersenyum geli.
Wednesday, 12 August 2015
Percaya
Hai, Pencuri Hati.
Bagaimana kabarmu di sana? Desau angin tak lagi menyapaku dengan hangat
seperti dulu. Apakah kau sudah lupa
bagaimana caranya memanggilku melalui angin yang berembus? Ah, mungkin kau benar-benar
lupa, kau terlalu sibuk hingga tak lagi memedulikanku.
Aku merindukanmu seperti kering merindukan hujan. Bahkan,
lebih dari itu. Aku membutuhkanmu, bukan
hanya merindukanmu. Tahukah kau, aku mencintaimu sebesar aku merindukanmu,
seperti aku membutuhkanmu. Kupikir hanya cinta yang bertepuk sebelah tangan,
namun ternyata rindu pun demikian.
Monday, 27 July 2015
Aku Tahu
Aku
tahu kau telah pergi bersamanya,
meninggalkan aku, perasaan ini, dan kenangan kita di sini. Kaupergi semakin
jauh hingga aku tak bisa melihatmu seperti dulu. Hatimu telah berlabuh—bukan di hatiku.
Aku
tahu kau dan dia hebat, sungguh aku akui itu. Kalian mampu bertahan walaupun
banyak cobaan. Kau ingat berapa lama
kita bertahan? Hanya sekejap karena kau lebih memilih untuk menyerah, membiarkanku
bertahan sendirian—hingga saat ini.
Aku
tahu kau telah bahagia
bersamanya. Aku tak bisa mengusikmu
karena aku pun tak ingin merusak kebahagiaanmu.
Aku pun ingin bahagia—bersamamu tentunya. Namun, aku tahu kau tak akan melihatku lagi meski aku
memohon-mohon padamu.
Monday, 22 June 2015
Titipan
Kau
adalah titipan
Suatu
saat harus kukembalikan
Suatu
saat harus kulepaskan
Kau
adalah titipan
Harus
kujaga selama ku bisa
Harus
kulindungi agar tak terluka
Kau
adalah titipan
Kepadaku
kau bercerita
Akulah
yang menghapus air mata
Kau
adalah titipan
Namun,
maafkan aku
Sungguh,
maafkan aku
Kau
adalah titipan
Namun,
rasa itu hadir tanpa kuminta
Tak
pernah hilang meski sedikit saja
Kau
adalah titipan
Kini
kau telah mampu terbang
Kau telah
temukan sebongkah bahagia
Kau
adalah titipan
Ke
mana pun kaupergi, tak bisa kutahan
Ke
mana pun kau berlari, harus kubiarkan
Kau
adalah titipan
Tugasku
mungkin sudah selesai
Saatnya kau berdiri sendiriFriday, 8 May 2015
Jika Waktu Dapat Kuputar
Jika
waktu dapat kuputar, aku akan menatapmu lebih lama saat tanpa sengaja kutemukan
dirimu di antara mereka. Takkan kubiarkan
kauberlalu dari pandangan agar aku tetap dapat memandangmu setiap waktu. Sungguh, kau selalu jadi sosok impian, namun aku tak pernah
menyadari siapa aku. Kau dan aku seperti
langit dan bumi. Kau begitu jauh, sulit untuk kugapai walau aku
terus berusaha mencapai. Aku hanya orang
biasa yang diam-diam memendam rasa pada sosok istimewa sepertimu. Ya, mungkin
aku tak tahu diri.
Jika
waktu dapat kuputar, aku akan mencintaimu lebih cepat dan menggenggammu lebih
erat. Takkan kubiarkan kaupergi dengan
sosok lain agar aku tetap dapat bersamamu selalu. Sungguh, kau selalu jadi bunga tidurku, namun aku tak
menyadari kenyataan di depan. Kau dan
aku ada di dunia berbeda. Kau menapakkan kakimu pada realita, sedang aku
terus mengangkasa dalam mimpi dan angan.
Aku hanya orang yang bisa mencintaimu tanpa ada di sampingmu. Ya, mungkin aku hanya pengkhayal.
Sunday, 12 April 2015
Siklus Cinta
Cinta
tidaklah seperti segitiga
Memiliki
tiga sisi yang tak selalu sama
Cinta
bukanlah seperti kotak
Memiliki
empat sudut yang berjauhan
Cinta
adalah sebuah lingkaran
Tidak
memiliki awal dan akhir
Selalu
berputar, tak berhenti
Saturday, 11 April 2015
Eutanasia
Eutanasia ...
Selalu
itu yang kubanggakan
Selalu
itu yang kuberikan
Eutanasia ...
Darimu,
rasanya tak pernah kurasakan
Untukku, rasanya tak
pernah kauberikan
Eutanasia ...
Kuharap
ini tak percuma
Namun,
ternyata sia-sia
Tak
ada yang berubah
Kau tak
berputar arah
Sedang
aku di sini tak menyerah
Berharap kaukembali karena lelah
Thursday, 19 March 2015
Beban Hati
Ini
tentang hati
Hati
yang kuserahkan seluruhnya
Padamu,
yang ku tahu akan mematahkannya
Benar
saja
Kaupatahkan
hatiku dengan mudahnya
Karena
hati yang mencinta lebih mudah patah
Sedang
aku sudah begitu lama memendam cinta
Hati
ini patah
Sebelum
kau jadi milikku
Namun,
biarlah
Tak pernah kusesali
itu
Aku
tak apa-apa
Sungguh,
aku rela
Saat
nanti kau jadi milikku
Lalu
kausakiti aku
Hati
ini takkan lagi patah, Cinta
Kau tahu
kenapa?
Kau tak
bisa mematahkan hati yang sudah patah
Itulah
mengapa aku tak pernah lelah
Hatiku
sudah patah
Untuk
apa aku menyerah?
Maka,
biarlah aku tetap mencintaimu
Meski kau tak mencintaiku
Aku
akan selalu di sini
Mengangkat
beban hati
Sendiri
Sunday, 1 March 2015
Reuni Rasa
Aku mematut di depan
cermin. Kulirik jam yang bergelayut di
dinding, lima menit lagi Candra menjemputku.
Sambil menunggu Candra, aku membuka galeri di ponsel. Senyum mengembang di wajahku saat mengamati
sebuah foto—yang seharusnya membuatku sakit.
“Aku
akan segera bertemu denganmu,” batinku.
Aku segera memasukkan ponsel ke
dalam tas kecil berwarna merah maroon yang kupadukan dengan kardigan
berwarna senada ketika mendengar suara klakson mobil. Aku segera keluar kamar dan menuruni anak
tangga, lantas membuka pintu.
Seseorang membelakangi daun pintu.
Tubuhnya tinggi menjulang, bahkan aku hanya setinggi bahunya. Dia memakai kemeja lengan pendek berwarna
navi dan celana denim panjang. “Candra,”
aku menyapa ragu.
Sosok di depanku membalikkan
badannya. “Niken?” Candra mengernyitkan dahinya. Sejurus kemudian dia menatapku
dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
Thursday, 12 February 2015
Maya
Entah dari mana, kaumuncul
begitu saja. Kaudatang merupa rangkaian kata sarat makna. Kau menyapa tanpa membentuk
sudut di kedua bibirmu, kau hanya menunduk malu. Aku tak tahu kau
siapa, dari mana, dan bagaimana. Terkadang aku ragu, apakah kau benar-benar nyata atau
hanya maya? Kau yang muncul merupa aksara justru membuatku merasakan perasaan
yang istimewa. Namun, bagaimana caranya menjelaskan rasa yang hadir tiba-tiba
pada seseorang yang entah siapa, entah dari mana, dan entah ada atau tidak?
Kau menyiksaku, membiarkanku
bergelut dengan gulungan tanya yang membuatku sulit untuk menutupkan mata di
kala malam. Kau tak menyadari bahwa kehadiranmu yang tak biasa membuatku
merasa merana, terombang-ambing dalam ketidaktahuan yang menyita jiwa. Aku
telah menghabiskan waktu untuk mencarimu dengan berbagai cara, namun kau tak jua ada. Apakah kau memang hanya ingin
membuatku merasa tanpa membuatku tahu sesuatu yang nyata?
Wednesday, 11 February 2015
Aku, Kau, dan Dia
Saat bertemu
dengannya, rasanya sesak, seperti ada yang mengganjal udara untuk masuk ke
dalam paru-paru. Wajahnya, namanya, segala tentangnya yang membawa benakku jauh kepadamu.
Perasaan aneh itu hadir sejak pertama jumpa, saat kukira ada telepati di antara
aku dan dia. Melihat tawanya, tingkahnya, dan sikapnya, membuatku tak bisa
membedakan suka dan duka. Kau, kau hidup di dalam dirinya, pikirku sejak
dulu. Namun, tatapan matanya menyadarkanku, kau tak ada di sana.
Dia
mencintaiku seperti aku mencintaimu. Haruskah aku bahagia atau malah terluka?
Aku merasakan keduanya. Bahagia karena aku menemukan asa yang akan membuatku
terbang. Terluka karena apa yang kuharapkan darimu malah datang darinya.
Kupikir, dengan menjalani waktu bersamanya, aku mampu menghapus rasaku padamu. Namun, aku salah
besar. Semakin dekat aku dengannya, semakin kuat pula kenangan bersamamu
mengikat dengan erat. Rasa bersalah mencuat di waktu yang tidak tepat. Mengapa
harus merasa bersalah padamu, sedang kau pun memilih cinta yang
lain?
Monday, 9 February 2015
Friendzone
“Cieee,
lagi galau, ya?” Dean mengadang Clara di pintu kelas.
“Apaan,
sih?!” Clara menepis tangan Dean segera.
“Bisa nggak, sih, sehari aja nggak ganggu gue? Sehariii aja ngilang dari
kehidupan gue, please?”
“Kalian
berdua emang cocok, ya, yang satu baru
putus, yang satu jomblo kelamaan,” celetuk Randi.
Clara
dan Dean sejenak saling berpandangan lalu menggelengkan kepalanya
masing-masing. Clara pun langsung
bergegas menuju tempat duduknya yang berada tepat di depan meja guru. Ia langsung menghambur ke pelukan Laura. Laura memeluknya erat, ingin mengurangi sakit
yang dirasakan sahabatnya. Akan tetapi,
Clara tidak meneteskan air mata sedikit pun, ia memeluk Laura tanpa isak tangis,
tanpa suara.
“Gue
nggak nyangka kalau Alex bisa setega itu sama lo, gue bener-bener nggak nyangka
dia ninggalin lo karena cewek lain,” ujar Laura pelan.
Wednesday, 21 January 2015
Itu Aku
Ada seseorang yang hanya dengan
menatapmu, hatinya luluh
Dia yang selalu memperhatikanmu dari
jauh
Dia yang ketika bertemu denganmu,
persendiannya luruh
Dia mengukir namamu jauh dalam lubuk
hatinya
Dia memikirkanmu bahkan di saat
waktu menyita pikirannya
Dia bukan siapa-siapa dan tak
berharap apa-apa
Karena baginya, cinta tak harus
memiliki
Cinta adalah ketika kebahagiaanmu
menjadi yang utama
Lebih utama dari kebahagiaannya
sendiri
Dia yang selalu tersenyum meski
hatinya tertusuk jarum
Dia yang berdiri tegak meski lukanya
terus bergolak
Dia yang tak pernah lelah meski berjuang tanpa
arah
Dia mengorbankan perasaannya demi
kebahagiaanmu
Dia mengalah meski tak salah demi
melihat senyummu
Dia diam demi melihat secercah
cahaya di matamu
Kau hanya perlu percaya
Saat kau merasa hampa, dia ada, takkan ke mana-mana
Saat kau merasa kecewa, dia akan membuatmu bahagia
Kau harus selalu yakin
Saat kau merasa sepi, dia akan menemani
Saat kau terluka, dia akan menggantinya dengan tawa
Saat kau lelah, dia akan membuatmu tak menyerah
Kau tak perlu bingung
Saat kau tak tahu lagi ke mana harus pergi
Dia selalu menantimu kembali
Kedatanganmu adalah hal yang
ditunggu
Kau tak perlu tahu siapa dia, sosok yang begitu mencintaimu
Karena ketika kau percaya, yakin, dan
tak bingung
Kau akan
menyadari bahwa dia itu aku
Thursday, 8 January 2015
Tetap Utuh
Berkali-kali aku tersenyum karenamu
Berkali-kali aku terluka karenamu
Berkali-kali aku jatuh cinta padamu
Berkali-kali aku kecewa padamu
Entah harus berapa kali lagi
Entah harus sampai kapan lagi
Luka itu terus menyayatku perlahan
Bahagia itu terus melambaikan tangan
Aku hanya menyadari satu hal
Rasa ini tak pernah hilang
Rasa ini tak pernah berkurang
Seberapa dalam pun kau menjatuhkanku
Seberapa jauh pun kau meninggalkanku
Seberapa keras pun kau mengusirku
Seberapa perih pun kau mengiris batinku
Rasa ini masih tetap seperti dulu
Asa ini masih tetap utuh
Mimpi ini masih tetap utuh
Rindu ini masih tetap utuh
Cinta ini masih tetap utuh
Kau hanya perlu tahu
Selamanya, semua akan tetap utuh
Meski kaupergi jauh
Meski kaubuat jiwaku lumpuh
Meski kaupatahkan hatiku hingga rapuh
THEME BY RUMAH ES