“Kok, kamu ninggalin, sih?” Valme
menepuk pundak Daphne dan langsung duduk di sampingnya. “Mi ayam sama teh manis
satu, Bu,” teriaknya pada Bu Anita—penjual bakso dan mi ayam yang terkenal paling
enak di kantin sekolah itu.
“Lama, tahu, nungguin kamu dandan di
toilet, keburu lapar, nih.” Daphne menunjuk semangkuk bakso yang ada di
hadapannya.
Valme mengerucutkan bibir.
“Sekali-kali kamu juga dandan, dong, jangan polos begini.”
“Buat apa?” tanya Daphne dengan
alisnya yang terangkat.
“Biar cantik,” jawab Valme singkat.
Daphne menelan bakso yang telah
dikunyahnya lalu menatap Valme dan berkata, “Cantik itu dari hati, bukan dari
dandanan.”
“Cielah, bijak amat. Masalah hati
aja baru susah, tuh.” Valme langsung menelan ludah. Ia keceplosan. Tamat sudah
riwayatnya jika menyinggung masalah itu lagi di depan Daphne.
Daphne melirik Valme tajam. Saat
Daphne hendak berbicara, Bu Anita datang membawa pesanan Valme. Ia langsung
menyantap mi ayam dengan lahap tanpa memedulikan Daphne yang mendengus kesal di
sebelahnya.
Baca selengkapnya di buku Rintik Pertama
Pemesanan hubungi line: @ecn9022n
atau kirim pesan melalui Instagram: KoniginDerRosen
wah bagus tulisannya mbak, bacaan dikala jam makan siang nih :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca. Semoga tulisan lain pun dapat menemani jam makan lain :)
DeleteTerima kasih informasinya.
ReplyDeletenunggu update artikelnya :)