Langit tidak pernah kosong. Awan tidak pernah diam. Angin tidak pernah sia-sia. Segalanya membawa pertanda, menyiratkan pesan yang hendak disampaikan. Sesuatu sudah, sedang, atau akan terjadi. Aku hanya perlu mengikutinya, tanpa menolak, tanpa mengelak, juga bukan sekadar menebak-nebak. Pernah aku terjebak; ketakutan akan penafsiran yang berbanding terbalik. Pelik.
Pernah aku lepas tertawa hingga lupa
kapan kali terakhir bahuku berguncang. Pernah pipiku merona begitu merah hingga
lupa apakah aku sedang bermimpi atau masih terjaga. Pernah aku menatap
kehadiran cermin jiwa hingga lupa bahwasanya tidak semua yang dicintai bisa
dimiliki. Pernah aku mengangankan sepetak hal hingga lupa jikalau segalanya
akan tergulung masa.
No comments:
Post a Comment