“Kamu mau mati?”
Vela menoleh padaku, dahinya berkerut. Wajahnya mengulum senyum, seperti menahan tawa. Namun, sepertinya dia tidak sanggup menahan tawa renyahnya itu hingga beberapa detik kemudian, aku melihat dia tertawa lepas. Ya Tuhan, sungguh dia adalah sebuah anugerah.