Pulang, engkau sudah, ke rumah yang selama ini membuatmu nyaman hingga pada yang lain meninggalkan. Sungguhkah semua habis tertinggal? Tidakkah kausadari masih ada yang tersisa—di antara kita? Lihat baik-baik ke dalam dirimu, benarkah sudah tak ada setitik pun aku? Amati dengan saksama lubuk hatimu, apakah setiap incinya bukan lagi untukku? Berbincanglah dengan semurni jiwamu, siapakah sebenarnya yang membuatmu merasa lengkap?
Kita mungkin sudah selesai, kisah
kita telah berakhir, tetapi masih ada yang kusangsikan; perihal khayal.
Sepertinya di luasnya langit, masih ada sisa-sisa angan yang dahulu kita coba
terbangkan. Begitu pun di kedalaman lautan, buih-buih asa belum menabrak karang.
Kepada bulan jua kita pernah mengutarakan rindu, menitipkan salam agar sendiri
tak berarti sepi.
Khayal tentangmu, tak bisa
kumungkiri, membayang di kehidupanku kendatipun aku bersusah payah menghilang. Semua
tentang kita memang hanya patut dikenang, bukan diulang, tetapi bilamana bisa,
mungkinkah terbuang? Dalam dirimu, khayal tentangku, apakah juga masih
terngiang-ngiang? Sampai kapan kita akan terus dihantui bayang-bayang yang mengikat
tanpa tahu bahwa kita sudah hidup saling berseberang?
Mungkin dahulu kita terlalu banyak bermimpi, terlalu senang berkhayal; terlalu bahagia sampai lupa kalau tidak ada yang bertahan selamanya. Padahal, aku sudah tahu akan seperti ini sejak mataku jatuh pandang kepadamu. Namun, bersikukuh aku sebab memiliki kesempatan untuk melewati waktu bersamamu takkan pernah berujung sia-sia. Setiap detik yang kulalui denganmu selalu menjadi saat-saat terindah dalam hidupku.
Aku bisa hidup tanpamu, tentu, tidak
akan mati begitu saja karena kau tidak ada lagi di sampingku. Kau pun, aku
yakin, tidak akan menderita hanya karena kita berpisah seperti ini. Kita
sama-sama tahu, saling mengenali diri; tak ada yang lebih memahamiku selainmu,
tak ada yang lebih mengenalimu selainku. Jadi, apakah kita akan meneruskannya?
Percuma kita mengobral kata manakala sesungguhnya yang kita tangkap selalu
makna sebenarnya.
Kita tak punya lagi waktu, tetapi
jauh di palung hati, tersembunyi di relung batin, masih ada sesuatu, bukan?
Sampai kapan itu, kita taktahu; sedari dahulu kita hanya tiba-tiba tahu dan
menjalani ketidakpastian yang menyenangkan. Sedikit penyesalan mungkin
melingkupi kita, tetapi hidup terus berjalan dan kita tidak lagi berdampingan.
Aku dan kau memiliki kekuatan yang tak dimiliki yang lain, sampai sadar bahwa
semua ini tidak apa-apa, tidak akan mengubah suatu apa.
Kau pernah menjadi seseorang yang begitu khayali bagiku, pernah menjadi impianku, sekaligus kemustahilan yang kupertaruhkan. Akan tetapi, semesta memberikan keajaiban bagi kita untuk akhirnya berkelindan. Maka, tenanglah di rumahmu, tentang aku jangan kaupikirkan. Aku akan selalu menjadi mataharimu—kukirim padamu cerah siang. Aku pula akan temani malammu—kan kudengarkan sunyimu. Dalam angin yang berembus, salamku menyapamu. Di antara rintik hujan, jua akan kautemukan aku. Meski demikian, sebelum memandang ke luar, lihatlah ke dalam dirimu; ada aku.
No comments:
Post a Comment