Saturday, 5 March 2022

Kau yang Kutemukan

             Kau kutemukan tatkala hati ini tak lagi miliki bentuk yang beraturan. Di luar dugaan, ketika hidup seperti takkan pernah kembali terasa nyata, kaulah yang hadir begitu nyata. Kau bahkan tak harus melakukan sesuatu untuk memekarkan perasaan. Benih-benih yang tertanam jauh di ladang jiwa seketika bersemi menyambut senyummu yang berseri.

            Kau kutemukan saat tubuh ini sekarat. Seperti pohon yang tidak selamanya kukuh, diri ini pun nyaris terbunuh. Berulang kali terjatuh, tetapi hidup tidak membiarkanku mencurangi kematian kendatipun rasanya takkan pernah lagi bisa menjadi sosok yang utuh. Namun, menemukanmu membuatku tahu jika masih ada sesuatu yang dapat tumbuh.

            Kau kutemukan setelah aku berkali-kali patah dan ingin menyerah. Rasanya bak mempunyai harapan baru, tetapi kepadamu aku takkan menaruh harap, barang tentu. Telah begitu banyak luka; berharap pada sebentuk rasa adalah duka yang baka. Biar saja aku menanggung segalanya sendiri. Rindu pun menyerang tanpa kenal waktu, tetapi tidak ada yang bisa kulakukan tentang itu barang satu. Biar pula kupendam seorang diri.     

Kau kutemukan ketika hari yang seharusnya menjelang terasa takkan pernah datang. Mungkin memang harus begini. Demi takdir yang menuntunku padamu, harus gugur sebagian diriku. Demi bertunasnya asa yang baru, menggugurkan daun hati yang kering adalah perlu. Kini aku menginsafi bahwa untuk sampai di sini, harus kubuang napas masa lalu dan kuhirup napas masa depan.

            Kau kutemukan saat bahagia terasa kata belaka. Betapa sederhana ternyata mendengar tawamu mampu terbitkan simpul senyum di wajahku. Kau ... sesuatu. Tak butuh waktu lama untuk menyadari jika denganmu aku ingin berlama-lama. Kau mengalihkan duniaku—yang nyaris punah dimamah kenyataan tak ramah.

            Kau kutemukan manakala aku paham bahwa berdua tidak harus bersama. Sepertiku, sepertimu, yang tidak akan bisa habiskan waktu bersama-sama. Tetaplah menebar semangat dan harum mewangi. Tetaplah menjadi hebat dan warnai hari-hari. Tetaplah menyebar kebaikan dan bertingkah laku tenang.

Kau kutemukan sebelum aku sempat melepaskan semua lara. Masih ada yang tersisa, tetapi aku tidak ingin membuatmu tahu bahwa waktu tidak pernah benar-benar menyembuhkan luka; ia mengajarkanku apa artinya menerima dan merangkul semuanya. Perasaanku jua, tidak akan pernah kautahu karena ini urusanku.

            Kau kutemukan pada waktu yang tepat sekaligus terlambat. Kalau saja kita saling mengenal bertahun-tahun lalu, mungkin sedikitnya kita akan punya kesempatan. Meski demikian, sekarang pun bagiku tidak apa-apa. Kau telah menjadi cahaya baru, yang menuntunku melangkah di tengah kegelapan.

            Kau, yang kutemukan, yang mungkin tidak akan pernah bertemu denganku, umpama bulan yang tidak selalu purnama, tetapi miliki hari-hari pasti untuk benderang. Andai kautahu, kau jugalah satu dari rangkaian patahku. Kau adalah luka masa depanku.  Walaupun begitu, aku tetap akan melihat ke arahmu, kepada wajah bulan yang selalu sama, sebab dalam diri kita mengalir darah yang sama.

No comments:

Post a Comment

THEME BY RUMAH ES