Pada suatu hari yang bahkan tak kuingat bagaimana warna langit kala itu,
aku melihatmu. Namun, dunia yang serbacepat ini mengalihkanku, dengan waktu
harus berpacu. Aku melewatkanmu. Hanya sejenak dan aku cukup tahu; sebuah
memori untuk dikenang nanti.
Hidup segan, tetapi mati setengah enggan. Terlalu
berantakan, bukan lagi seperti kapal pecah, melainkan sampah luar angkasa yang
tiada seorang pun bisa membersihkan. Beterbangan tanpa tujuan, bertemu atom
hidrogen akan menjadi keberuntungan.
Maka demikianlah aku dan dirimu bersilangan. Kupikir
tidak akan ada lagi kebaikan, tidak akan ada lagi kesempatan, tidak akan ada
lagi kehidupan; yang ada sebatas kegelapan tanpa batas. Aku terombang-ambing
menabrak beling, basahnya lukaku tak jua kering. Lalu, dirimu hadir dan
segalanya menjadi hening; kepalaku tak lagi bising.
Dirimu asing, tetapi tanpa sadar aku menyambutmu.
Kendatipun taktahu aku tentangmu, diri ini begitu saja setuju. Sesingkat sesaat
dan tidak ada lagi waktu sampai aku tersadar kemudian; dirimu adalah yang
pernah kulewatkan.
Kesadaran itu menghampiriku serupa fajar yang
menyemburat di langit timur; batas kepalsuan dan kebenaran untuk memulai
kehidupan, batas kesangsian dan kepastian untuk melangkah ke depan. Sayangnya,
aku nyaris menghancurkan segenap tatanan.
Tidak akan sempat, semuanya terlambat, dan hanya ada
satu yang dapat diperbuat. Akan tetapi, sebagian hal di dunia ini memang tidak
sederhana, sebagaimana diriku. Pernah aku senyata-nyata naif, benar percaya
bahwa keajaiban itu ada, hingga akhirnya tidak lagi meyakini apa-apa. Aku telah
kehilangan diri sendiri; jiwaku sekarat. Tidak ada barang satu yang hendak aku
perbuat.
Sebentuk keberuntungan pun mewujud di hadapan; dirimu
mengetuk pintu tatkala aku akan keluar berjalan. Masih ada kesempatan, masih
ada kemungkinan; banyak pesan yang menunjukkan setapak jalan. Namun, aku perlu
waktu; sesuatu yang belakangan ini tak benar-benar kumiliki untuk diri sendiri.
Aku ingin mencari dan menemukan kepingan diri yang
hilang. Aku ingin menjadi kembali utuh seorang. Bilamana takdir mengizinkan,
suatu hari aku dan dirimu akan bertemu. Pada saat itu tiba, akan dirimu temukan
aku yang tidak lagi ingin berlari dan pergi, akan dirimu jumpai aku yang
keyakinannya sudah kembali. Kalaupun ternyata akhirnya tak bersua, aku merasa beruntung
pernah melewati hari bersama.
No comments:
Post a Comment