Bayu
langsung tancap gas setelah melihat foto yang diunggah Hana. Sahabatnya itu
pasti tidak baik-baik saja. Si perempuan keras kepala itu dijamin sedang
sendirian sekarang dan dalam beberapa waktu ke depan akan menghilang dari peradaban.
Sungguh merepotkan.
Setelah beberapa menit mengarungi macetnya jalanan, Bayu sampai di tempat tujuan. Ketika memarkirkan motor, dia teringat bagaimana cara Hana mengajaknya bertemu di tempat itu, selalu dengan: “jam dan tempat biasa”. Saking teraturnya hidup sahabatnya itu, tempat mereka bertemu tidak pernah berubah.
Memasuki kafe favorit Hana, Bayu berjalan ke
meja yang sudah dihafalnya sejak lama. Lihat, kan? Dia pasti duduk di meja
sudut itu, menghadap jendela. Hana pernah bilang, “Orang besar itu harus
memiliki sesuatu yang unik, menjadikannya ciri khas.” Bayu tersenyum
mengingatnya, Hana yang kecil itu memang “orang besar”. Derap langkah Bayu
menuntunnya mendekati meja.
“Yang bener aja, lo mau enggak tidur seharian?”
protes Bayu saat melihat dua cangkir di meja Hana, keduanya hanya menyisakan
sedikit. Itu yang luput dari fokus Hana. Biasanya dia paling teliti terhadap
apa pun, tetapi hari ini dia lalai karena tanpa sadar dua cangkir itu
tertangkap layar ponselnya dan dia mengunggah foto itu.