Besok
Senin. Besok. Senin. Namun, bukankah setengahnya dari Minggu sudah menjadi
bagian dari Senin? Rutinitas Senin: berangkat lebih pagi dibandingkan hari-hari
lain karena fisik harus siap tempur di stasiun bersama banyak tubuh yang
menggempur, rapat mingguan pukul 09.00 WIB, tiba-tiba sudah tengah hari,
waktunya makan siang, kerja lagi, memandangi layar komputer seolah-olah hidup
hanya bergantung pada benda pipih itu.
Hari-hari
berikutnya hanya berbeda pada rapat mingguan. Sisanya tetap sama: berangkat, sampai
di kantor, menjelang petang terdengar suara-suara kelelahan yang siap-siap
pulang, jam kerja pun berakhir, berdesakan lagi di kereta. Tubuh ini digerakkan
oleh dinamika kehidupan. Duduk bersebelahan dengan rekan kerja, tetapi
berbicara tetap melalui aplikasi pesan.
Minggu
yang kumiliki tinggal setengah karena besok Senin. Besok aku harus berjuang
lagi demi bertahan hidup, padahal sebenarnya aku sudah tidak ingin hidup.
***